Penerbangan Gokil

Flight CGK-JOG hari ini benar-benar luar biasa. Mulai dari amburadulnya tempat duduk, turbulence yang lumayan kencang, sampai cekikikannya mbak-mbak pramugari yang buat saya amat sangat tidak penting sekali.

Singkat cerita, hari ini saya, ayah, dan beberapa temannya pulang ke Jogja. Saya sih sudah di Jakarta dari Senin minggu lalu. Beberapa teman ayah saya datang kemarin pagi, katanya sih mereka ngurusin duit Century (supaya duitnya bisa dicairkan maksudnya). Lain lagi dengan ayah saya dan seorang temannya yang baru saja datang sekitar jam 10 pagi tadi dan langsung terbang ke Jogja lagi jam tujuh tadi. Kami semua naik Lion Air dengan harga tiket Rp269.000,-/orang.

Jam 5 kurang 5 menit kami tiba di airport (minus rombongan yg ngurusin Century). Karena bapak-bapak dan seorang temannya (tante) masih ngobrol seru, akhirnya saya yang masuk ke dalam untuk check-in (buat 3 orang). Soalnya si tante nggak bisa ikut masuk ke dalam, kan nggak punya tiket, lha wong si tante cuman nganter, gituuuu. Berhubung nggak nemuin lounge di area terminal satu itu, akhirnya mereka nongkrong di salah satu restoran bandara. Setelah check-in, saya langsung bergabung dengan mereka. But i could only stay there for less than 10 minutes! Ada bapak-bapak di meja sebelah ngerokok. Mau menegur saya kok ga sampai hati, soalnya restorannya memang menyediakan asbak. Jadilah saya yang mengalah keluar, minta ijin ke bokap dengan dalih jalan-jalan (toh si oom dan tante lagi sibuk merapatkan something important). Saya yang kelaparan akhirnya makan cheese burger di A&W. Lagi-lagi disitu ada yang merokok. Tapi yang ini asapnya nggak kena muka saya, jadi nggak apa-apa.

Di tiket pesawat tertera boarding jam 18:30. Jam enam dua puluh saya sudah mengingatkan teman ayah saya yang masih asik berkutat dengan laptopnya. Alhasil jam 6:30 kami baru masuk ke dalam gedung, x-ray check, bayar airport tax, naik ke lantai dua (untung ada escalator), kemudian ke boarding room. Sebelum sampai boarding room, kami masih harus melewati another X-ray check. Setelah itu kami menuju gate A5 untuk naik pesawat Lion itu. Seperti yang kami duga, boarding room sudah kosong alias orang-orang udah pada naik! Ternyata pesawat nggak parkir di sebelah trunk yang sudah ada. Singanya lupa bayar sewa kali ya.. Dari lantai dua itu kami harus turun menggunakan tangga, tengok kanan-kiri mencari pesawat mana yang harus kami tumpangi, kemudian naik lagi *lewat tangga lagi* untuk masuk ke dalam kabin pesawat.

Anehnya, ketika kami masuk kabin pesawat, mbak-mbak pramugarinya bilang "duduknya bebas". Sejak kapan naik Lion duduknya rebutan seperti naik angkot? Terserah, seakan naik Kopaja? Karena kami terlambat maka kami tidak bisa duduk sebaris. Saya yang masuk ke dalam pesawat terlebih dahulu langsung duduk di seat nomor 37. Soalnya daripada saya nggak dapat jendela dan harus terjepit di tengah, mendingan dapet aisle. Padahal kalau sesuai dengan nomor, saya duduk di kursi 9F. Jauh banget kan, dari 9F jadi 37C. Pas saya tanya sama si mbak pramugari, jawabannya simple abis, katanya sistemnya kacau, ada beberapa orang yang tidak dapat seat number, jadi sekalian dibebasin. Enak banget deh jawabnya. Yang beruntung adalah 2 tante dan 1 oom yang ngurusin duit Century. They took the business class seats! How nice.. *envy* Ada lagi yang bikin agak nyesel. Ada bule cowo masih muda yg lumayan cute duduk di window seat, sebelahnya kosong, tapi di aisle seat sudah terisi. Bisa-bisanya saya nggak duduk disitu. Duh!

Yang ga biasa lagi buat saya, Pocari Sweat saya lolos begitu saja Alhasil saya bisa minum minuman yang berasal dari Jepang itu dengan leluasa di dalam pesawat. Padahal ibu yang duduk di depan saya yang pengen minum Aqua harus merelakan sepuluh ribu rupiah demi sebotol kecil air mineral itu.

Jam tujuh tepat pesawat take-off. Dalam hati sih tumben si Singa Terbang kok ga ngaret. Seperti biasa, pramugari memperagakan prosedur keamanan. Peragaannya sendiri sih ga masalah, toh banyak orang yang tidak bisa lihat dengan jelas karena memang nggak bisa lihat dengan jelas, pandangan terhalang kursi, atau memang sengaja tidak melihat *males ah! udah biasa lihat juga* Tapi ada yang lucu, prosedur itu dibacanya lambaaaaaaaaaaaat banget, nadanya aneh pula. Alhasil saya merasa si mbak pramugari ngebaca safety and emergency procedurenya kaya presenter-presenter infotaintment. Mungkin memang mbak pramugarinya suka nonton infotainment. Herannya, ndilalah'e baca yang english version kok normal-normal aja. Untung deh! Kalau bacanya pake nada infotaintment sih bisa-bisa saya sakit perut karena terpingkal-pingkal di dalam pesawat.

Flight malam ini benar-benar special. Turbulensi menemani perjalanan kami. Yang menurut versi orang-orang menakutkan adalah pada saat setelah take-off, setelah tanda memasang sabuk tangan dimatikan yang tak beberapa lama kemudian dinyalakan kembali. Feels like the plane is "falling" out of the sky sampai-sampai tetangga saya menyebutkan astaghfirullah!. Saya sih tenang-tenang aja. Even, I feel excited. Serasa main mini rollercoaster, it's fun! Dalam hati saya menebak-nebak, apakah nanti bisa seseru atau lebih seru dari guncangan yang baru saja ini?

Nah, yang satu ini bener-bener ga penting, a bit annoying, tapi nggak apa-apa deh buat lucu-lucuan. Mbak-mbak pramugari pada ngobrol kenceng abis di ruang belakang. Kebayang dong orang-orang yang tadinya tidur sampai terbangun gara-gara mbak-mbak ini arisan. Kita yang duduk di belakang sampai komentar... "ini mbak-mbak suaranya kenceng bener ya."; "Kok ngga jualan makanan/minuman/souvenir pesawat yah?"; "Ngga pake toa aja sekenceng ini, kalo pake toa kaya apa ya?"; dan komentar-komentar sejenis. Bukan cuma ngobrol, mereka juga tertawa cekikikan nggak jelas. Saya sempat mendengarkan obrolan mereka yang tidak usah pakai usaha berkonsentrasi untuk mendengarkan saja pasti sudah terdengar jelas oleh seseorang yang berpendengaran normal. Jadi, ada 1 mbak pramugari cerita tentang kalau nggak salah menerima SMS dari cowok yang saya tidak tahu itu pacar, gebetan, atau bahkan penggemarnya. Saya sudah lupa apa isi pesannya, kalau nggak salah sih ada kata "kangen" atau "sayang". Yang saya masih ingat adalah mbak pramugari ngomong "he-he".. soalnya, dalam pesannya, si cowo nulis "hehe". Pokoknya bener-bener obrolan yang nggak ada penting-pentingnya buat penumpang deh!

Akhirnya pesawat mendarat pada pukul 19:45. Emang dasar penumpang Indonesia itu budeg (:membudegkan diri), pokoknya asal pesawat sudah menyentuh tanah, mau si pesawat masih jalan pelan-pelan pas parkir dan pilot/pramugari sudah ngobrol kalau handphone jangan dinyalakan dan sabuk pengaman jangan dilepas sebelum tanda lampu dimatikan, si penumpang ga mau tau. Serentak HP yang baru saja dinyalakan bersahut-sahutan diiringi bunyi "klik-klik" sabuk-sabuk pengaman yang dilepas secara prematur itu. Yang kadang bikin jengkel itu orang Indonesia pada nggak mau antri. Ambil carry-on luggage nya terasa sangat tergesa-gesa dan nggak mau kalah dari yang lain. Mungkin takut barangnya hilang ya. Turunnya dari pesawatnya tidak mau kalah dari yang lain juga. Maunya turun duluan. Urutan yang seharusnya penumpang yang duduk paling dekat dengan pintu keluar diutamakan untuk keluar dahulu jarang sekali dijalankan. Hello!?? Untung nggak semua orang budeg dan ga tau diri...

I'm so happy when I reached home! Chico dan tenten menyambut dengan antusias. Sampai-sampai saya nungging karena ditubruk tenten. *uyel-uyel chico, bantal-gulingan tenten*
0 Responses

Post a Comment