Telepon Nyasar: "Saya ini dari pihak bank lho..."

Pagi ini, sekitar Pk 9:30, saya menerima telepon dari seseorang yang mencari Bp. Gunawan blablabla (kurang jelas si ibu ngomong apa). Katanya, ibu ini menelepon sebagai perwakilan dari bank (nama bank tidak diketahui karena tidak disebutkan oleh penelepon).

Dari pertama saya mengangkat telepon, sudah terdengar nada yang agak meninggi dari pihak penelepon. Bunyi percakapannya kira-kira seperti ini...

"Halo.."
"Bisa bicara dgn Bp. Gunawan xxx?"
"Maaf, Ibu salah sambung." jawab saya kalem
"Nggak mungkin, ini nomornya Bp. Gunawan kan?" kata si ibu dengan nada tingginya..
"Ibu mau menghubungi nomor berapa?"
"nomornya 081128xxxx" si Ibu bacain nomor hape Pak G dengan sangat jelas.
"Ibu benar, itu nomor saya, tapi bukan nomor Pak G. Saya nggak kenal Pak G." jawab saya masih datar-datar saja..
"Nggak mungkin, Bu! Dari dulu nomornya Pak G ya ini. Saya ini dari pihak bank lho."

Dalam hati saya pikir ibu ini ngotot bener... dan karena si ibu bilang dia dari pihak bank, maka saya pikir dia dari bagian perkreditan. Bahaya juga nih kalau nomor saya tercantum sebagai nomor orang lain yang ambil kredit di sebuah bank. Apalagi kalau sampai orangnya menghilang. Bisa-bisa saya yang diteror (walau saya nggak tahu apa-apa). Pokokny saya slalu jawab dengan kalem, penasaran juga mau dibawa kemana percakapan ini..

Percakapanpun berlanjut...
"Saya sudah pakai nomor ini selama tujuh tahun, jadi nggak mungkin kalau nomor ini punya orang lain, Bu."
"Dari dulu ini juga nomor Pak G!
"Sudah dari dulu, Bu. Sudah tujuh tahun lebih kok saya pakai nomor ini."
"Memang sejak kapan Ibu pakai nomor ini?"
"Sejak saya SMA, Bu"
"Tapi ini disini nomor ini tertera nomor Pak G, Mbak!" *eh, ibu manggil saya 'Mbak'*
"Ya sudah, Ibu cek saja nomor ini di Telkomsel"
"Masa sih, dari dulu juga ini nomor Pak G!"
"Langsung tanya ke Telkomsel saja, Bu. Nanti Ibu juga tahu."
"Halo!.. Halo!.. kok nggak jelas ya?"
"Ya? Halo??"
"Halo!??.....
Tut.. Tut.. Tut.."
teleponnya dimatikan.

Yah, ternyata tidak ada konfirmasi ataupun permintaan maaf simpel yang menyatakan bahwa si Ibu ini memang salah sambung. Kesan saya, si Ibu yang menurut saya tukang kredit ini kabur begitu saja setelah sadar kalau memang benar bukan saya yang dicari.

Kalau tidak salah, 2 atau 3 tahun yang lalu, saya juga pernah beberapa kali ditelepon dari pihak kreditor bank yang mencari Bp G ini. Tahun lalu jelas saja saya tidak mendapat telepon aneh ini karena saya hanya mengaktifkan nomor saya kurang dari 10 kali dalam setahun. Itu saja hanya dalam waktu singkat karena saya bersekolah di Shanghai dan memakai nomor lokal Shanghai, walau nomor Telkomsel saya ini tidak dimatikan dan abonemennya tetap dibayar oleh Ibu saya tiap bulannya.

Karena telepon ini, saya jadi berpikir. Lain kali lebih hati-hati dalam menyimpan dan memusnahkan barang penting. KTP, kartu kredit, paspor, SIM, dan kartu idenditas lainnya, baik yang masih berlaku maupun yang sudah tidak berlaku harus disimpan dengan baik. Kalau mau dibuang, jangan dibuang begitu saja. Paling tidak, kartu-kartu tersebut digunting-gunting; dan pastikan kartu-kartu tsb tidak bisa dpakai lagi atau digandakan (dipalsukan).
0 Responses

Post a Comment